PROBLEM
POSING
Nama : Anis Maghfiroh
N.I.M. : 1431013
Mata Kuliah : Pembelajaran Inovatif II
Dosen Pengampu : Lestariningrum, S.Pd.,M.Pd.
Kampus : STKIP PGRI SIDOARJO
Kampus : STKIP PGRI SIDOARJO
A. PENGERTIAN PROBLEM POSING
Problem
posing
adalah istilah dalam bahasa inggris yaitu dari kata “Problem” artinya masalah,
soal, atau persoalan dan kata “to pose” yang artinya mengajukan. Problem
posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Problem
Posing adalah salah satu model
pembelajaran yang sudah lama dikembangkan, Huda (2013: 276) menyatakan bahwa
problem posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli
pendidikan asal Brazil, Paulo Freire.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model problem posing adalah
model pembelajaran yang mewajibkan siswa belajar melalui pengajuan soal dan
pengerjaan soal secara mandiri tanpa bantuan guru.
B. LANGKAH-LANGKAH PROBLEM POSING
Selanjutnya,
Saminanto (Maulina, 2013: 20-21) menyatakan bahwa langkah-langkah model
pembelajaran problem posing adalah :
1. Guru menjelaskan materi pelajaran menggunakan alat peraga,
2.
Guru
memberikan latihan soal,
3.
Siswa
diminta mengajukan soal,
4.
Secara
acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas, dan
5. Guru memberi tugas rumah secara individu.
Langkah-langkah penerapan model problem posing yang dikemukakan oleh Amri dan Saminanto,
sejalan dengan pendapat Thobroni dan Mustofa
(2012: 351) yang menyatakah bahwa :
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa menggunakan alat peraga
untuk memfasilitasi siswa dalam mengajukan pertanyaan,
2.
Siswa
diminta untuk mengajukan pertanyaan secara berkelompok,
3.
Siswa
saling menukarkan soal yang telah diajukan,
4. Kemudian menjawab soal-soal
tersebut dengan berkelompok.
Berdasarkan
beberapa pendapat yang telah dikemukakan, bahwa langkah-langkah problem
posing adalah siswa mengajukan dan menjawab soal dengan berkelompok
berdasarkan penjelasan guru ataupun pengalaman siswa itu sendiri.
Maka, langkah-langkah yang
digunakan adalah :
1)
Menjelaskan materi pelajaran dengan media yang telah disediakan,
2)
Membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen,
3)
Secara berkelompok, siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal,
4)
Menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya,
5)
Menjawab soal pada lembar jawab, dan
6)
Mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.
C. CIRI-CIRI PROBLEM POSING
Thobroni dan Mustofa
(2012: 350) menyatakan bahwa pembelajaran problem posing memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Guru
belajar dari murid dan murid belajar dari guru
2. Guru
menjadi rekan murid yang melibatkan diri dan menstimulasi daya pemikiran kritis
murid-muridnya serta mereka saling memanusiakan.
3. Manusia
dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia
tempat ia berada.
4. Pembelajaran
problem posing senantiasa membuka rahasia realita yang menantang manusia
kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan tersebut.
Berdasarkan ciri-ciri yang
telah disebutkan di atas, bahwa model problem posing ini bersifat fleksibel,
mengesankan, menganggap murid adalah subjek belajar, membuat anak untuk mengembangkan potensinya sebagai
orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu dan berusaha keras dalam memahami
lingkungannya.
D. TIPE MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
Tiga tipe
model pembelajaran problem posing yang dapat dipilih guru (Usmanto,2007).
Pemilihan tipe ini dapat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan para siswa(
peserta didik).
1.
Problem posing tipe pre-solution posing
Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh
guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat
pertanyaan dan jawabannya sendiri.
2.
Problem posing tipe within solution posing
Siswa memecahkan pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang
relevan dengan pertanyaan guru.
3.
Problem posing tipe post solution posing
Siswa membuat soal yang sejenis dan menantang seperti yang dicontohkan oleh
guru. Jika guru dan siswa siap maka siswa dapat diminta untuk mengajukan
soal yang menantang dan variatif pada pokok bahasan yang diterangkan guru.
Siswa harus bisa menemukan jawabannya. Tetapi ingat, jika siswa gagal menemukan
jawabannya maka guru merupakan narasumberutamabagisiswanya. Guru harus
benar-benar menguasai materi.
Penerapan
ketiga macam model pembelajaran problem
possing menurut Amin Suyitno dalam Sari (2007), menjelaskan bahwa problem
posing diaplikasikan dalam tigabentuk
aktifitas kognitif matematika sebagai berikut.
a. Pre solution posing
Pre solution posing yaitu siswa
membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Contoh
penerapan dalam soal, jika guru memberikan pernyataan sebagai berikut.
“Dari 85 anak diketahui hanya
12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak menyukai cokelat, dan
38 anak menyukai biskuit”
Kemungkinan pertanyaan yang
dibuat oleh siswa sebagai berikut.
1) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai biskuit?
2) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai cokelat?
3) Berapakah banyaknya anak yang
menyukai biskuit dan cokelat?
b. Within solution posing
Within solution posing yaitu siswa
memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan
dengan pertanyaan guru.
Contoh
penerapan dalam soal, jika guru memberikan pernyataan sebagai berikut.
“Dari 85
anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak
menyukai cokelat, dan 38 anak menyukai biskuit. Berapakahbanyaknyaanak yang
menyukai biskuit dan cokelat?”
Kemungkinan pertanyaan yang
dibuat oleh siswa sebagai berikut.
a) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai cokelat?
b) Berapa banyaknya anak yang
hanya menyukai biskuit?
c. Post solution posing
Post solution posing yaitu siswa
membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru. Jika guru memberikan
pertanyaan sebagai berikut.
“Dari 85 anak diketahui hanya
12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak menyukai cokelat, dan
38 anak menyukai biskuit
1) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai biskuit?
2) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai cokelat?
3) Berapakah banyaknya anak yang
menyukai biskuit dan cokelat?”
Kemungkinan pertanyaan yang
dibuat oleh siswa sebagai berikut.
Dari 42 siswa, 45 siswa
menyukai atletik, 38 siswa menyukai senam, dan hanya 8 siswa yang tidak
menyukai atletik dan senam.
1) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai atletik?
2) Berapakah banyaknya anak yang
hanya menyukai senam?
3) Berapakah banyaknya anak yang
menyukai atletik dan senam?
Adapun kondisi dalam pembentukan soal, menurut Srini
M. Iskandar dalam Syarifulfahmi dibagi menjadi tiga golongan yakni:
1. Kondisi bebas, yakni
jika kondisi tersebut memberi kebebasan sepenuhnya kepada siswa untuk membentuk
soal, karena siswa tidak diberi kondisi yang harus dipenuhi.
2. Kondisi semi
terstruktur, yakni jika siswa diberi suatu kondisi dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.
3. Kondisi terstruktur,
adalah jika kondisi yang digunakan berupa soal atau penyelesaian soal.
E.PRINSIP-PRINSIP
Guru matematika dalam rangka mengembangkan model
pembelajaran problem posing (pengajuan soal) dalam pembelajaran matematika,
dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar berikut :
1. Pengajuan
soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas
2. Pengajuan
soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa.
3. Pengajuan
soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan
memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan tugas.
F.KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN PROBLEM POSING
Setiap
model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Thobroni dan Mustofa
(2012: 349) mengemukakan bahwa kelebihan metode problem posing adalah :
1.
Mendidik murid berfikir kritis
2.
Siswa aktif dalam pembelajaran
3.
Belajar menganalisis suatu masalah
4.
Mendidik anak percaya pada diri sendiri.
Menurut Norman dan Bakar (2011) menguraikan bahwa kelebihan model problem
posing adalah:
1.
Kemampuan memecahkan masalah/ mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan
yang dihadapi
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa / terampil menyelesaikan soal
tentang materi yang diajarkan.
3. Mengetahui
proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah
4. Meningkatkan
kemampuan mengajukan soal dan sikap yang positif terhadap materi pembelajaran.
Sejalan kedua pendapat diatas bahwa kelebihan
model pembelajaran problem posing yaitu :
1. Siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. Minat
yang positif terhadap materi pembelajaran
3. Membantu
siswa untuk melihat permasalahan yang ada sehingga meningkatkan kemampuan
menyelesaikan masalah
4. Memunculkan
ide yang kreatif dalam mengajukan soal
5. Mengetahui
proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah.
Kekurangan model problem posing yaitu :
1.
Pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama
2.
Agar perlaksanaan kegiatan dalam membuat
soal dapat dilakukan dengan baik perlu ditunjang oleh buku-buku yang dapat
dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.
H. SEJARAH PROBLEM POSSING
Menurut Suyitno
Amin, 2004 dalam Sari, Problem posing mulai dikembangkan pada tahun 1997 oleh
Lynn D. English dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika.
Kemudian model ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain. Model
pembelajaran problem posing mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2000.
I. TUJUAN
DAN MANFAAT PROBLEM POSSING
Menurut
pendapat beberapa ahli, yang dikutip oleh Tatag (M.
Thobroni, 2011: 349) mengatakan bahwa, metode pengajuan soal (problem posing)
dapat:
1) Membantu
siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pelajaran sebab
ide-ide siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah.
2) Membentuk
siswa bersikap kritis dan kreatif.
3) Mempromosikansemangatinquiridanmembentukpikiran
yang berkembang dan fleksibel.
4) Mendorong
siswa untuk lebih bertanggungjawabdalambelajarnya.
5) Mempertinggi
kemampuan pemecahan masalah sebab pengajuan soal memberi penguatan-penguatan
dan memperkaya konsep-konsep dasar.
6) Menghilangkan
kesan keseraman dan kekunoan dalam belajar.
7) Memudahkan
siswa dalam mengingat materi pelajaran.
8) Memudahkan
siswa dalam memahami materi pelajaran.
9) Membantu
memusatkan perhatian pada pelajaran.
10) Mendorong
siswa lebih banyakmembacamateripelajaran.
J. Hal-hal yang PerluDiperhatikan dalam Pendekatan Pembelajaran Problem Posing
Silver dalam
Kadir (2006:8) menyatakan bahwa istilah problem posing umumnya digunakan pada
tiga bentuk kegiatan yang bersifat metematis, yaitu:
1. Sebelum pengajuan solusi, yaitu satu pengembangan masalah awal dari situasi
stimulus yang diberikan
2. Di dalam
pengajuan solusi, yaitu merumuskan kembali masalah agar menjadi lebih mudah
untuk diselesaikan
3. Setelah pengajuan solusi, yaitu memodifikasi tujuan atau kondisi dari
masalah yang sudah diselesaikan untuk merumuskan masalah baru
Petunjuk
Pembelajaran yang Berkaitan dengan Guru
1. Guru
hendaknya membiasakan merumuskan soal baru atau memperluas soal dari soal-soal yang ada di buku pegangan
2. Guru hendaknya menyediakan beberapa situasi yang berupa informasi tertulis,
benda manipulatif, gambar, atau lainnya, kemudian guru melatih siswa merumuskan
soal dengan situasi yang ada.
3. Guru dapat menggunakan soal terbuka dalam tes.
4. Guru memberikan contoh
perumusan soal dengan beberapa taraf kesukaran, baik isi maupun bahasanya.
5. Guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu pembelajaran yang
berbentuk dialog antara guru dan siswa mengenai isi buku teks, yang
dilaksanakan dengan cara menggilir siswa berperan sebagai guru. (Sutiarso, 2000).
Petunjuk
Pembelajaran yang Berkaitan dengan Siswa
1. Siswa dimotivasi untuk mengungkapkan pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadap
situasi yang diberikan.
2. Siswa dibiasakan mengubah soal-soal yang ada menjadi soal yang baru sebelum
mereka menyelesaikannya.
3. Siswa dibiasakan membuat soal-soal serupa setelah menyelesaikan soal
tersebut.
4. Siswa harus
diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal-soal yang dirumuskan oleh temannya
sendiri.
5. Siswa dimotivasi untuk menyelesaikan soal-soal non rutin. (Sutiarso, 2000)